Awal Masuknya Spayol Ke Indonesia
Ferdinand Magelhaens (kadang juga ditulis Ferdinan) Magelan. Karena tokoh
inilah, yang memimpin armada yang pertama kali mengelilingi dunia dan
membuktikan bahwa bumi bulat, saat itu itu dikenal oleh orang Eropa bumi datar. Dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Spanyol bersama bangsa Eropa lain, terutama Portugis,Inggris dan Belanda.
Dari Spanyol ke Samudra Pasifik itulah armada Portugis mengarungi
Samudra Pasifik, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan
ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas
kala itu. ”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut
negeri Katolik itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui
samudera.
Pada tanggal
20 September 1519, San Antonio, Concepción, Victoria, dan Santiago—yang
terbesar hingga yang terkecil—mengikuti kapal induk Magelhaens, Trinidad, kapal
terbesar kedua, seraya mereka berlayar menuju Amerika Selatan. Pada tanggal 13
Desember, mereka mencapai Brasil, dan sambil menatap Pāo de Açúcar, atau
Pegunungan Sugarloaf, yang mengesankan, mereka memasuki teluk Rio de Janeiro
yang indah untuk perbaikan dan mengisi perbekalan. Kemudian mereka melanjutkan
ke selatan ke tempat yang sekarang adalah Argentina, senantiasa mencari-cari el
paso, jalur yang sulit ditemukan yang menuju ke samudera lain. Sementara itu,
udara semakin dingin dan gunung es mulai tampak. Akhirnya, pada tanggal 31
Maret 1520, Magelhaens memutuskan untuk melewatkan musim salju di pelabuhan San
Julián yang dingin.
Pelayaran
tersebut kini telah memakan waktu enam kali lebih lama daripada pelayaran
Columbus mengarungi Samudra Atlantik yang pertama kali—dan belum terlihat satu
selat pun! Semangat juang mereka mulai sedingin cuaca di San Julián, dan
pria-pria, termasuk beberapa kapten serta perwira, merasa putus asa dan ingin
pulang saja. Tidaklah mengherankan bila terjadi pemberontakan. Namun, berkat
tindakan yang cepat dan tegas di pihak Magelhaens, hal itu digagalkan dan dua
pemimpin pemberontak tersebut tewas.
Kehadiran
kapal asing di pelabuhan pastilah menarik perhatian penduduk lokal yang
kuat—dan berbadan besar. Merasa seperti orang kerdil dibandingkan dengan
raksasa-raksasa ini, para pengunjung tersebut menyebut daratan itu
Patagonia—dari kata Spanyol yang berarti "kaki besar"—hingga hari
ini. Mereka juga mengamati 'serigala laut sebesar anak lembu, serta angsa
berwarna hitam dan putih yang berenang di bawah air, makan ikan, dan memiliki
paruh seperti gagak'. Tentu saja tidak lain tidak bukan adalah anjing laut dan
pinguin!
Daerah
lintang kutub cenderung mengalami badai yang ganas secara tiba-tiba, dan
sebelum musim dingin berakhir, armada itu mengalami korban pertamnya—Santiago
yang kecil. Namun, untunglah para awaknya dapat diselamatkan dari kapal yang
karam itu. Setelah itu, keempat kapal yang masih bertahan, bagaikan ngengat
kecil bersayap yang terpukul di tengah arus laut yang membeku dan tak kunjung
reda, berjuang sekuat tenaga menuju ke selatan ke perairan yang semakin
dingin—hingga tanggal 21 Oktober. Berlayar di bawah guyuran air hujan yang membeku,
semua mata terpaku pada sebuah celah di sebelah barat. El paso? Ya! Akhirnya,
mereka berbalik dan memasuki selat yang belakangan dikenal sebagai Selat
Magelhaens! Namun, bahkan momen kemenangan ini ternoda. San Antonio dengan
sengaja menghilang di tengah jaringan rumit selat itu dan kembali ke Spanyol.
Ketiga kapal
yang masih bertahan, diimpit oleh teluk yang sempit di antara tebing-tebing
berselimut salju, dengan gigih berlayar melewati selat yang berkelok-kelok itu.
Merek mengamati begitu banyaknya api di sebelah selatan, kemungkinan dari
perkemahan orang Indian, jadi mereka menyebut daratan itu Tierra del Fuego,
“Tanah Api”.
Tiba di
Pilipina Magelhaens mengajak para penduduk lokal dan pimpinan mereka untuk
memeluk agama Katolik. Tetapi semangatnya juga menjadi bencana, dimana kemudian
ia terlibat dalam pertikaian antarsuku. Hanya dengan dibantu kekuatan 60 pria,
ia menyerang sekitar 1.500 penduduk pribumi, dengan keyakinan bahwa meskipun
harus melawan senapan busur, senapan kuno, namun Tuhan akan menjamin
kemenangannya. Akan tetapi yang terjadi adalah Sebaliknya, ia dan sejumlah
bawahannya tewas. Magelhaens pada saat itu berusia sekitar 41 tahun. Pigafetta
yang setia meratap, 'Mereka membunuh cerminan, penerang, penghibur, dan
penuntun sejati kita'. Beberapa hari kemudian, sekitar 27 perwira yang hanya
menyaksikan dari kapal mereka, dibunuh oleh para kepala suku yang sebelumnya
bersahabat.
Dikarenakan jumlah awak kapal yang tersisa hanya sedikit, sehingga tidak mungkin untuk berlayar menggunakan tiga kapal, mereka kemudian menenggelamkan Concepción dan berlayar dengan dua kapal yang masih tersisa, Trinidad dan Victoria ke tujuan terakhir mereka, yaitu kepulauan Rempah. Setelah ke 2 kapal tersebut diisi penuh dengan rempah-rempah, kemudian kedua kapal itu kembali berlayar secara terpisah. Akan tetapi salah satu dari ke 2 kapal tersebut,Trinidad tertangkap oleh Portugis dan kemudian awak kapalnya dipenjarakan.
Namun,
Victoria, di bawah komando mantan pemberontak Juan Sebastián de Elcano, luput.
Sambil menghindari semua pelabuhan kecuali satu, mereka mengambil risiko
melewati rute Portugal mengelilingi Tanjung Harapan. Namun, tanpa berhenti
untuk mengisi perbekalan merupakan strategi yang mahal. Sewaktu mereka akhirnya
mencapai Spanyol pada tanggal 6 September 1522—tiga tahun sejak keberangkatan
mereka—hanya 18 pria yang sakit dan tidak berdaya yang bertahan hidup. Meskipun
demikian, tidak dapat dibantah bahwa merekalah orang pertama yang berlayar
mengelilingi bumi. Juan Sebastián de Elcano pun menjadi pahlawan. Sungguh suatu
hal yang menakjubkan, muatan rempah Victoria seberat 26 ton menutup ongkos
seluruh ekspedisi!
Ketika satu
kapal yang selamat, Victoria, kembali ke pelabuhan setelah menyelesaikan
perjalanan mengelilingi dunia yang pertama kali, hanya 18 orang laki-laki dari
237 laki-laki yang berada di kapal pada awal keberangkatan. Di antara yang
selamat, terdapat dua orang Itali, Antonio Pigafetta dan Martino de Judicibus.
Martino de Judicibus (bahasa Spanyol: Martín de Judicibus) adalan orang dari Genoa[1]
yang bertindak sebagai Kepala Pelayan. Ia bekerja dengan Ferdinand Magellan
pada perjalanan historisnya untuk menemukan rute barat ke Kepulauan
Rempah-rempah Indonesia. [2] Sejarah perjalanannya diabadikan dalam pendaftaran
nominatif pada Archivo General de Indias di Seville, Spanyol. Nama keluarga ini
disebut dengan patronimik Latin yang tepat, yakni: "de Judicibus".
Pada awalnya ia ditugaskan pada Caravel Concepción, satu dari lima armada
Spanyol milik Magellan. Martino de Judicibus memulai ekspedisi ini dengan gelar
kapten. (baca selengkapnya dalam buku "Sejarah Kolonial Spanyol di
Indonesia" oleh David DS Lumoindong.
Sebelum menguasai kepulauan Filipina pada 1543, Spanyol menjadikan pulau Manado Tua sebagai tempat persinggahan untuk memperoleh air tawar. Dari pulau tersebut kapal-kapal Spanyol memasuki daratan Sulawesi-Utara melalui sungai Tondano. Hubungan musafir Spanyol dengan penduduk pedalaman terjalin melalui barter ekonomi bermula di Uwuran (sekarang kota Amurang) ditepi sungai Rano I Apo. Perdagangan barter berupa beras, damar, madu dan hasil hutan lainnya dengan ikan dan garam.
Gudang Kopi
Manado dan Minahasa menjadi penting bagi Spanyol, karena kesuburan tanahnya dan
digunakan Spanyol untuk penanaman kofi yang berasal dari Amerika-Selatan untuk
dipasarkan ke daratan Cina. Untuk itu di- bangun Manado sebagai menjadi pusat
niaga bagi pedagang Cina yang memasarkan kofi kedaratan Cina. Nama Manado
dicantumkan dalam peta dunia oleh ahli peta dunia, Nicolas_Desliens‚ pada 1541.
Manado juga menjadi daya tarik masyarakat Cina oleh kofi sebagai komoditi
ekspor masyarakat pedalaman Manado dan Minahasa. Para pedagang Cina merintis
pengembangan gudang kofi (kini seputar Pasar 45) yang kemudian menjadi daerah
pecinan dan pemukiman. Para pendatang dari daratan Cina berbaur dan
berasimilasi dengan masyarakat pedalaman hingga terbentuk masyarakat
pluralistik di Manado dan Minahasa bersama turunan Spanyol, Portugis dan
Belanda.
Kemunculan
nama Manado di Sulawesi Utara dengan berbagai kegiatan niaga yang dilakukan
Spanyol menjadi daya tarik Portugis sejak memapankan posisinya di Ternate .
Untuk itu Portugis melakukan pendekatan mengirim misi Katholik ke tanah Manado
dan Minahasa pada 1563 dan mengembangkan agama dan pendidikan Katholik. Lomba
Adu Pengaruh di Laut Sulawesi
Antara
Minahasa dengan Ternate ada dua pulau kecil bernama Mayu dan Tafure. Kemudian
kedua pulau tadi dijadikan pelabuhan transit oleh pelaut Minahasa. Waktu itu
terjadi persaingan Portugis dan Spanyol dimana Spanyol merebut kedua pulau
tersebut. Pandey asal Tombulu yang menjadi raja di pulau itu lari dengan armada
perahunya kembali ke Minahasa, tapi karena musim angin barat lalu terdampar di
Gorontalo. Anak lelaki Pandey bernama Potangka melanjutkan perjalanan dan tiba
di Ratahan. Di Ratahan, dia diangkat menjadi panglima perang karena dia ahli
menembak meriam dan senapan Portugis untuk melawan penyerang dari Mongondouw di
wilayah itu. Tahun 1563 diwilayah Ratahan dikenal orang Ternate dengan nama
“Watasina” karena ketika diserang armada Kora-kora Ternate untuk menhalau
Spanyol dari wilayah itu (buku “De Katholieken en hare Missie” tulisan A.J. Van
Aernsbergen). Tahun 1570 Portugis dan Spanyol bersekongkol membunuh raja
Ternate sehinga membuat keributan besar di Ternate. Ketika itu banyak pedagang
Islam Ternate dan Tidore lari ke Ratahan. Serangan bajak laut meningkat di
Ratahan melalui Bentenan, bajak laut menggunakan budak-budak sebagai pendayung.
Para budak tawanan bajak laut lari ke Ratahan ketika malam hari armada perahu
bajak laut dirusak prajurit Ratahan – Pasan. Kesimpulan sementara yang dapat
kita ambil dari kumpulan cerita ini adalah Penduduk asli wilayah ini adalah
Touwuntu di wilayah dataran rendah sampai tepi pantai Toulumawak di pegunungan,
mereka adalah keturunan Opok Soputan abad ke-tujuh. Nama Opo' Soputan ini
muncul lagi sebagai kepala walak wilayah itu abad 16 dengan kepala walak kakak
beradik Raliu dan Potangkuman. Penduduk wilayah ini abad 16 berasal dari
penduduk asli dan para pendatang dari Tombulu, Tompakewa (Tontemboan), Tonsea,
Ternate dan tawanan bajak laut mungkin dari Sangihe.
Spanyol
menjajah Indonesia
Pada awalnya, bangsa Spanyol melakukan koalisi dengan Kerajaan Tidore untuk melawan Kerajaan Ternate (yang bersekutu dengan Portugis). Namun pada akhirnya, untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak Spanyol dan Portugis. Dideklarasikanlah perjanjian Saragosa pada tahun 1538 yang isinya antara lain pernyataan bahwa Portugis memperoleh Kepulauan Maluku dan Spanyol memperoleh wilayah Filipina.
Pada awalnya, bangsa Spanyol melakukan koalisi dengan Kerajaan Tidore untuk melawan Kerajaan Ternate (yang bersekutu dengan Portugis). Namun pada akhirnya, untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak Spanyol dan Portugis. Dideklarasikanlah perjanjian Saragosa pada tahun 1538 yang isinya antara lain pernyataan bahwa Portugis memperoleh Kepulauan Maluku dan Spanyol memperoleh wilayah Filipina.
Pada tahun
1521 bangsa Spanyol berhasil untuk pertama kali mendarat di Tidore (Maluku)
kemudian singgah di Bacan dan Jailolo. Mereka tergabung dalam Ekspedisi
Magelhaens–Del Cano. Kedatangan bangsa Spanyol disambutbaik oleh masyarakat
setempat karena pada saat itu rakyat Maluku sedangbersengketa dengan Portugis.
Kedatangan
Spanyol di Maluku merupakan keberhasilan bangsa Spanyol dalam mencapai daerah
yang diidam-idamkan, yaitu daerah sumber penghasil rempah-rempah. Orang-orang
Spanyol senang berdagang di Maluku sehingga jumlahnya makin banyak. Bagi
Portugis, kehadiran Spanyol merupakan pelanggaran atas hak monopolinya.
Akibatnya, timbul persaingan antara Portugis dan pedagang Spanyol. Persaingan
tersebut sejalan dengan pertentangan antara Sultan Ternate dan Sultan Tidore.
Sultan Ternate bersekutu dengan Portugis,sedangkan Sultan Tidore bersekutu
dengan Spanyol. Puncaknya, Portugis danSpanyol menempuh jalan perundingan yang
dilaksanakan di Saragosa (Spanyol) pada tahun 1529.
Perundingan
itu menghasilkan kesepakatan yang disebut Perjanjian Saragosa. Isi
Perjanjian Saragosa, antara lain sebagai berikut :
a. Spanyol harus meninggalkan Maluku dan melakukan perdagangan diFilipina.
b. Portugis tetap melakukan kegiatan perdagangan di Kepulauan Maluku.
Dengan perjanjian tersebut, Spanyol segera meninggalkan Maluku. Bangsa Portugis berusaha keras menguasai perdagangan rempah-rempah di Malukudengan praktik monopoli.
a. Spanyol harus meninggalkan Maluku dan melakukan perdagangan diFilipina.
b. Portugis tetap melakukan kegiatan perdagangan di Kepulauan Maluku.
Dengan perjanjian tersebut, Spanyol segera meninggalkan Maluku. Bangsa Portugis berusaha keras menguasai perdagangan rempah-rempah di Malukudengan praktik monopoli.
Perjanjian
Saragosa (juga
ditulis Perjanjian Saragossa atau Perjanjian Zaragoza),
ditandatangani 22 April 1529, adalah perjanjian antara Spanyol dan Portugis yang menentukan bahwa belahan bumi
bagian timur dibagi di antara kedua kerajaan tersebut dengan batas garis bujur yang melalui 297,5 marine leagues
atau 17° sebelah timur Kepulauan Maluku. Perjanjian ini adalah kelanjutan
dari Perjanjian
Tordesillas yang
membagi belahan bumi barat di antara Spanyol dan Portugal dan diprakarsai oleh
Paus, yang melihat persaingan perebutan koloni yang dilakukan oleh Portugis dan
Spanyol. Oleh karena itu, dibuatlah perjanjian ini. Dalam perjanjian ini
dicapai hasil yang lebih rinci dari dua belah pihak, Spanyol dan Portugis.
Adapun kesepakatan yang dicapai adalah:
- Bumi dibagi atas dua pengaruh, yaitu pengaruh bangsa Spanyol dan Portugis.
- Wilayah kekuasaan Spanyol membentang dari Meksiko ke arah barat sampai kepulauan Filipina dan wilayah kekuasaan Portugis membentang dari Brazil ke arah timur sampai kepulauan Maluku. Daerah di sebelah barat garis saragosa adalah penguasaan Portugis.
daerah di
sebelah selatan timur saragosa adalah penguasaan Spanyol.
Perjuangan Minahasa Melawan Spanyol
Ratu Oki
berkisar pada tahun 1644 sampai 1683. Waktu itu, terjadi perang yang hebat
antara anak suku Tombatu (juga biasa disebut Toundanow atau Tonsawang) dengan
para orang-orang Spanyol. Perang itu dipicu oleh ketidaksenangan anak suku
Tombatu terhadap orang-orang Spanyol yang ingin menguasai perdagangan terutama
terhadap komoditi beras, yang kala itu merupakan hasil bumi andalan warga Kali.
Di samping itu kemarahan juga diakibatkan oleh kejahatan orang-orang Spanyol
terhadap warga setempat, terutama kepada para perempuannya. Perang itu telah
mengakibatkan tewasnya 40 tentara Spanyol di Kali dan Batu (lokasi Batu Lesung
sekarang – red). Naasnya, di pihak anak suku Tombatu, telah mengakibatkan
tewasnya Panglima Monde bersama 9 orang tentaranya. Panglima Monde tidak lain
adalah suaminya Ratu Oki. Menurut yang dikisahkan dalam makalah itu, Panglima
Monde tewas setelah mati-matian membela istrinya, Ratu Oki.Menurut P.A. Gosal,
dkk., dalam masa kekuasaan Ratu Oki, anak suku Toundanow (sebutan lain untuk
anak suku Tombatu atau Tonsawang) yang mendiami sekitar danau Bulilin hidup
sejahtera, aman dan tenteram. “Atas kebijaksanaan dan kearifannya memimpin anak
suku Toudanow maka Ratu Oki disahkan juga sebagai Tonaas atau Balian. Selama
kepemimpinnan Ratu Oki, Spanyol dan Belanda tidak pernah menguasai atau
menjajah anak Toundanow,”
Perang Minahasa lawan
Spanyol
Para pelaut
awak kapal Spanyol berdiam di Minahasa dan bahkan membaur dengan masyarakat.
Mereka menikah dengan wanita-wanita Minahasa, sehingga keturunan mereka menjadi
bersaudara dengan warga pribumi. Tahun 1643 pecah perang Minaesa Serikat
melawan kerajaan Spanyol. dalam suatu peperangan di Tompaso, pasukan spanyol
dibantu pasukan Raja Loloda Mokoagouw II dipukul kalah, mundur oleh gabungan
pasukan serikat Minaesa, dikejar hingga dipantai tapi
Tahun 1694
dalam suatu peperangan di Tompaso, pasukan Raja Loloda Mokoagouw II dipukul
kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat Minahasa, dikejar hingga ke pantai
tapi dicegah dan ditengahi oleh Residen V.O.C. Herman Jansz Steynkuler. Pada
tahun 1694 bulan September tanggal 21, diadakanlah kesepakatan damai, dan
ditetapkan perbatasan Minahasa adalah sungai Poigar. Pasukan Serikat Minaesa
yang berasal dari Tompaso menduduki Tompaso Baru, Rumoong menetap di Rumoong
Bawah, Kawangkoan mendiami Kawangkoan bawah, dan lain sebagainya. Pada pasa
pemerintahan kolonial Belanda maka daerah ini semula masih otonom tetapi lama
kelamaan kelamaan kekuasaan para raja dikurangi dengan diangkatnya raja menjadi
pejabat pemerintahan Belanda, sehingga raja tinggal menjadi pejabat wilayah
setingkat 'camat'.
Tahun 1521 Spanyol Mulai Masuk
perairan Indonesia
Awak kapal
Trinidad yang ditangkap oleh Portugal dan dipenjarakan kemudian dengan bantuan
pelaut Minahasa dan Babontewu dari kerajaan Manado mereka dapat meloloskan
diri. Ke 12 pelaut ini kemudian berdiam dipedalaman Minahasa, ke Amurang terus
ke Pontak, kemudian setelah beberapa tahun mereka dapat melakukan kontak
kembali dengan armada Spanyol yang telah kembali ke Pilipina. 1522 Spanyol
memulai kolonisasi di Sulawesi Utara 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado. Minahasa
memegang peranan sebagai lumbung beras bagi Spanyol ketika melakukan usaha
penguasaan total terhadap Filipina.
Pada tahun
1550 Spanyol telah mendirikan benteng di Wenang dengan cara menipu Kepala Walak
Lolong Lasut menggunakan kulit sapi dari Benggala India yang dibawa Portugis ke
Minahasa. Tanah seluas kulit sapi yang dimaksud spanyol adalah tanah seluas
tali yang dibuat dari kulit sapi itu. Spanyol kemudian menggunakan orang
Mongodouw untuk menduduki benteng Portugis di Amurang pada tahun 1550-an
sehingga akhirnya Spanyol dapat menduduki Minahasa. Dan Dotu Kepala Walak
(Kepala Negara) Lolong Lasut punya anak buah Tonaas Wuri' Muda.
Nama Kema
dikaitkan dengan pembangunan pangkalan militer Spanyol ketika Bartholomeo de
Soisa mendarat pada 1651 dan mendirikan pelabuhan di daerah yang disebutnya ‘La
Quimas.’ Penduduk setempat mengenal daerah ini dengan nama ‘Maadon’ atau juga
‘Kawuudan.’ Letak benteng Spanyol berada di muara sungai Kema, yang disebut
oleh Belanda, "Spanyaardsgat, " atau Liang Spanyol.
Dr. J.G.F.
Riedel menyebutkan bahwa armada Spanyol sudah mendarat di Kema tepat 100 tahun
sebelumnya.Kema berkembang sebagai ibu negeri Pakasaan Tonsea sejak era
pemerintahan Xaverius Dotulong, setelah taranak-taranak Tonsea mulai
meninggalkan negeri tua, yakni Tonsea Ure dan mendirikan perkampungan-
perkampungan baru. Surat Xaverius Dotulong pada 3 Februrari 1770 kepada
Gubernur VOC di Ternate mengungkapkan bahwa ayahnya, I. Runtukahu Lumanauw
tinggal di Kema dan merintis pembangunan kota ini. Hal ini diperkuat oleh para
Ukung di Manado yang mengklaim sebagai turunan dotu Bogi, putera sulung dari
beberapa dotu bersaudara seperti juga dikemukakan Gubernur Ternate dalam surat
balasannya kepada Xaverius Dotulong pada 1 November 1772.
Asal nama Kema
Misionaris
Belanda, Domine Jacobus Montanus dalam surat laporan perjalanannya pada 17
November 1675, menyebutkan bahwa nama Kema, yang mengacu pada istilah Spanyol,
adalah nama pegunungan yang membentang dari Utara ke Selatan. Ia menulis bahwa
kata ‘Kima’ berasal dari bahasa Minahasa yang artinya Keong. Sedangkan
pengertian ‘Kema’ yang berasal dari kata Spanyol, ‘Quema’ yaitu, nyala, atau
juga menyalakan. Pengertian itu dikaitkan dengan perbuatan pelaut Spanyol
sering membuat onar membakar daerah itu. Gubernur Robertus Padtbrugge dalam
memori serah terima pada 31 Agustus 1682 menyebutkan tempat ini dengan sebutan
"Kemas of grote Oesterbergen, " artinya adalah gunung-gunung besar, menyerupai
Kerang besar. Sedangkan dalam kata Tonsea disebut ‘Tonseka,’ karena berada di
wilayah Pakasaan Tonsea.
Hendrik
Berton dalam memori 3 Agustus 1767, melukiskan Kema selain sebagai pelabuhan
untuk musim angin Barat, juga menjadi ibu negeri Tonsea. Hal ini terjadi akibat
pertentangan antara Manado dengan Kema oleh sengketa sarang burung di pulau
Lembeh. Pihak ukung-ukung di Manado menuntut hak sama dalam bagi hasil dengan
ukung-ukung Kema. Waktu itu Ukung Tua Kema adalah Xaverius Dotulong.
Portugis dan
Spanyol merupakan tumpuan kekuatan gereja Katholik Roma memperluas wilayah yang
dilakukan kesultanan Ottoman di Mediterania pada abad ke-XV. Selain itu
Portugis dan Spanyol juga tempat pengungsian pengusaha dan tenaga-tenaga
terampil asal Konstantinopel ketika dikuasai kesultanan Ottoman dari Turki pada
1453. Pemukiman tersebut menyertakan alih pengetahuan ekonomi dan maritim di
Eropa Selatan. Sejak itupun Portugis dan Spanyol menjadi adikuasa di Eropa. Alih
pengetahuan diperoleh dari pendatang asal Konstantinopel yang memungkinkan bagi
kedua negeri Hispanik itu melakukan perluasan wilayah-wilayah baru diluar
daratan Eropa dan Mediterania. Sasaran utama adalah Asia-Timur dan
Asia-Tenggara. Mulanya perluasan wilayah antara kedua negeri terbagi dalam
perjanjian Tordisalles, tahun 1492. Portugis kearah Timur sedangkan Spanyol ke
Barat. Masa itu belum ada gambaran bahwa bumi itu bulat. Baru disadari ketika
kapal-kapal layar kedua belah pihak bertemu di perairan Laut Sulawesi.
Kenyataan ini juga menjadi penyebab terjadi proses reformasi gereja, karena
tidak semua yang menjadi "fatwa" gereja adalah Undang-Undang, hingga
citra kekuasaan Paus sebagai penguasa dan wakil Tuhan di bumi dan sistem
pemerintahan absolut theokratis ambruk. Keruntuhan ini terjadi dengan munculnya
gereja Protestan rintisan Martin Luther dan Calvin di Eropa yang kemudian
menyebar pula ke berbagai koloni Eropa di Asia, Afrika dan Amerika.
Dari
kesepakatan Tordisalles itu, Portugis menelusuri dari pesisir pantai Afrika dan
samudera Hindia. Sedangkan Spanyol menelusuri Samudera Atlantik, benua Amerika
Selatan dan melayari samudera Pasifik. Pertemuan terjadi ketika kapal-kapal
Spanyol pimpinan Ferdinand Maggelan menelusuri Pasifik dan tiba di pulau Kawio,
gugusan kepulauan Sangir dan Talaud di Laut Sulawesi pada 1521. Untuk mencegah
persaingan di perairan Laut Sulawesi dan Maluku Utara, kedua belah pihak
memperbarui jalur lintas melalui perjanjian Saragosa pada tahun 1529.
Perjanjian tersebut membagi wilayah dengan melakukan batas garis tujuhbelas
derajat lintang timur di perairan Maluku Utara. Namun dalam perjanjian
tersebut,
Spanyol
merasa dirugikan karena tidak meraih lintas niaga dengan gugusan kepulauan
penghasil rempah-rempah. Untuk itu mengirimkan ekspedisi menuju Pasifik Barat
pada 1542. Pada bulan Februari tahun itu lima kapal Spanyol dengan 370 awak
kapal pimpinan Ruy Lopez de Villalobos menuju gugusan Pasifik Barat dari Mexico
. Tujuannya untuk melakukan perluasan wilayah dan sekaligus memperoleh konsesi
perdagangan rempah-rempah di Maluku Utara.
Dari
pelayaran ini Villalobos mendarat digugusan kepulauan Utara disebut Filipina,
di ambil dari nama putera Raja Carlos V, yakni Pangeran Philip, ahli waris
kerajaan Spanyol. Sekalipun Filipina tidak menghasilkan rempah-rempah, tetapi
kedatangan Spanyol digugusan kepulauan tersebut menimbulkan protes keras dari
Portugis. Alasannya karena gugusan kepulauan itu berada di bagian Barat, di
lingkungan wilayahnya. Walau mengkonsentrasikan perhatiannya di Amerika-Tengah,
Spanyol tetap menghendaki konsesi niaga rempah-rempah Maluku-Utara yang juga
ingin didominasi Portugis. Tetapi Spanyol terdesak oleh Portugis hingga harus
mundur ke Filipina. Akibatnya Spanyol kehilangan pengaruh di Sulawesi Utara
yang sebelumnya menjadi kantong ekonomi dan menjalin hubungan dengan masyarakat
Minahasa.
Pengenalan kuliner asal
Spanyol di Minahasa
Peperangan
di Filipina Selatan turut memengaruhi perekonomian Spanyol. Penyebab utama
kekalahan Spanyol juga akibat aksi pemberontakan pendayung yang melayani
kapal-kapal Spanyol. Sistem perkapalan Spanyol bertumpu pada pendayung yang
umumnya terdiri dari budak-budak Spanyol. Biasanya kapal Spanyol dilayani
sekitar 500 - 600 pendayung yang umumnya diambil dari penduduk wilayah yang
dikuasai Spanyol. Umumnya pemberontakan para pendayung terjadi bila ransum
makanan menipis dan terlalu dibatasi dalam pelayaran panjang, untuk
mengatasinya Spanyol menyebarkan penanaman palawija termasuk aneka ragam cabai
(rica), jahe (goraka), kunyit dll. Kesemuanya di tanam pada setiap wilayah yang
dikuasai untuk persediaan logistik makanan awak kapal dan ratusan pendayung. Sejak
itu budaya makan "pidis" yang di ramu dengan berbagai bumbu masak
yang diperkenalkan pelaut Spanyol menyebar pesat dan menjadi kegemaran
masyarakat Minahasa.
Ada pula
yang menarik dari peninggalan kuliner Spanyol, yakni budaya Panada. Kue ini
juga asal dari penduduk Amerika-Latin yang di bawa oleh Spanyol melalui
lintasan Pasifik. Bedanya, adonan panada, di isi dengan daging sapi ataupun
domba, sedangkan panada khas Minahasa di isi dengan ikan.
Kota Kema
merupakan pemukiman orang Spanyol, dimulai dari kalangan "pendayung"
yang menetap dan tidak ingin kembali ke negeri leluhur mereka. Mereka menikahi
perempuan-perempuan penduduk setempat dan hidup turun-temurun. Kema kemudian
juga dikenal para musafir Jerman, Belanda dan Inggris. Mereka ini pun berbaur
dan berasimilasi dengan penduduk setempat, sehingga di Kema terbentuk
masyarakat pluralistik dan memperkaya Minahasa dengan budaya majemuk dan hidup
berdampingan harmonis. Itulah sebabnya hingga masyarakat Minahasa tidak
canggung dan mudah bergaul menghadapi orang-orang Barat.
Pergerakan Mengusir
Penjajahan lawan Spanyol
Minahasa
juga pernah berperang dengan Spanyol yang dimulai tahun 1617 dan berakhir tahun
1645. Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol terhadap orang-orang
Minahasa, terutama dalam hal perdagangan beras, sebagai komoditi utama waktu
itu. Perang terbuka terjadi nanti pada tahun 1644-1646. Akhir dari perang itu
adalah kekalahan total Spanyol, sehingga berhasil diusir oleh para waranei
(ksatria-ksatria Minahasa).
Dampak Spanyol Bagi Ekonomi Indonesia
Utara
Diplomasi
para pemimpin pemerintahan Walak mendekati Belanda berhasil mengusir Spanyol
dari Minahasa. Namun konsekwensi yang harus dialami adalah rintisan jalur niaga
laut di Pasifik hasil rintisan Spanyol sejak abad ke-17 terhenti dan
memengaruhi perekonomian Sulawesi Utara. Sebab jalur niaga ini sangat
bermanfaat bagi penyebaran komoditi eskpor ke Pasifik. Sejak itupun pelabuhan
Manado menjadi sepi dan tidak berkembang yang turut memengaruhi pengembangan
kawasan Indonesia bagian Timur hingga Pasifik Barat Daya. Dilain pihak,
pelabuhan Manado hanya menjadi persinggahan jalur niaga dari Selatan (berpusat
di Surabaya, Tanjung Priok yang dibangun oleh Belanda sejak abad ke-XVIII) ke
Asia-Timur melalui lintasan Selat Makassar. Itupun hanya digunakan musiman saat
laut Cina Selatan tidak di landa gelombang ganas bagi kapal-kapal. Sedangkan
semua jalur niaga Asia-Timur dipusatkan melalui Laut Cina Selatan, Selat
Malaka, Samudera Hindia, Tanjung Harapan Atlantik-Utara yang merupakan pusat
perdagangan dunia.
Sebagai
akibatnya kegiatan hubungan ekonomi diseputar Laut Sulawesi secara langsung
dengan dunia luar praktis terlantar. Karena penyaluran semua komoditi diseluruh
gugusan nusantara melulu diatur oleh Batavia yang mengendalikan semua jaringan
tata-niaga dibawah kebijakan satu pintu. Penekanan ini membawa derita
berkepanjangan bagi kegiatan usaha penduduk pedalaman Minahasa.
0 comments:
Post a Comment